JAKARTA- Masyarakat Ketahanan Energi Indonesia (MKEI) mengapresiasi kebijakan Presiden RI Prabowo Subianto membentuk Badan Industri Mineral yang fokus pada pengembangan industri logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth minerals.
Langkah presiden mengangkat dan melantik Brian Yuliarto sebagai Kepala Badan Industri Mineral pada Senin ,25 Agustus 2025 lalu di Istana Negara, Jakarta Pusat. Juga dinilai sangat tepat. Walau Brian masih merangkap jabatan sebagai Mendiktisaintek.
“Melihat latar belakang pendidikan beliau (Brian Yuliarto) sebagai seseorang yang lekat dengan science and technology, saya yakin industri mineral Indonesia akan semakin cepat perkembangannya.” Ujar Ketua umum MKEI Awaf Wirajaya.
Menurutnya, pengembangan dan pemanfaatan Logam Tanah Jarang (LTJ) melalui Badan Industri Mineral bisa menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan oleh Presiden serta mendukung beberapa program prioritas diantaranya seperti ketahanan energi, penguatan pertahanan dan keamanan negara, penguatan pendidikan-sains-teknologi serta melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi berbasiskan sumber daya alam.
“Tentunya kami dari MKEI mendukung penuh atas inisiatif Presiden dalam pembentukan lembaga ini. Penggunaan LTJ juga sejalan dengan program prioritas pemerintah dan harapannya bisa mendatangkan kemaslahatan yang sebesar-besarnya untuk rakyat Indonesia” tutup Awaf Wirajaya.
Apa itu Logam Tanah Jarang?
Logam tanah jarang (LTJ) adalah sekumpulan 17 unsur kimia yang terdapat pada tabel periodik. LTJ tidak selangka yang dinamakan, akan tetapi penemuan LTJ ini biasanya menyebar dan dalam jumlah yang sedikit. Sektor industri berteknologi tinggi saat ini kerap kali menggunakan LTJ seperti pada peralatan militer, baterai kendaraan hingga perangkat pemandu rudal nuklir dan industri lainnya sehingga banyak negara – negara yang mengincar jenis logam ini.
Melansir dari website brin.go.id, ketujuh belas unsur tersebut terdiri dari lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), and lutetium (Lu) termasuk Scandium (Sc) dan Y (Yttrium). Di Indonesia sendiri potensi LTJ ini tersebar di berbagai daerah seperti Sibolga, Kepulauan Riau, Ketapang, Mamuju dan Papua Barat. Berdasarkan data tahun 2019, terdapat paling tidak 28 lokasi potensi LTJ dan baru 30 persennya saja yang sudah dilakukan eksplorasi awal.
Lebih rinci mengenai kuantitas potensi tersebut kami dapatkan dari website narotama.ac.id yang mengatakan ada potensi di daerah Bangka Belitung (186.663 ton monasit dan 20.734 senotim), dalam bentuk lateri (Sulawesi Tengah 443 ton, Kalimantan Barat 219 ton dan Sumatera Utara 19.917 ton). Kemudian hasil penyelidikan Badan Geologi di lumpur Lapindo terdapat LTJ jenis Serium dan Mineral Kritis pada jenis Lhitium dan Stronsium.]